Syarat dan ketentuan ijab qobul

وَيُشْتَرَطُ لِلصِّيغَةِ كَذَلِكَ: اتِّحَادُ الْمَجْلِسِ، وَهُوَ يَجْمَعُ الْمُتَفَرِّقَاتِ فِيهِ، فَلَوْ تَرَاخَى الْقَبُول عَنِ الإِْيجَابِ أَوْ عَكْسُهُ صَحَّ الْمُتَقَدِّمُ مِنْهُمَا، وَلَمْ يُلْغَ مَا دَامَا فِي الْمَجْلِسِ وَلَمْ يَتَشَاغَلاَ بِمَا يَقْطَعُهُ عُرْفًا.

Dan disyaratkan untuk shigot seperti : Berada dalam satu majlis, dan dia mengumpulkan berbagai hal yang terpisah di dalamnya, maka Jika qobul melonggarkan (mendahului) dari penawaran (ijab) ataupun sebaliknya, mana sah orang yang mengusulkan terlebih dahulu darinya, Dia tidak berhenti selama dia berada di dalam Majlis , dan dia tidak terlibat dalam apa yang dapat memotongnya menurut kebiasaan (adat).

وَيُشْتَرَطُ: عَدَمُ الْهَزْل فِي الإِْيجَابِ أَوِ الْقَبُول.

Dan disyaratkan tidak bercanda dalam ijab qobul

وَيُشْتَرَطُ لِبَقَاءِ الإِْيجَابِ صَالِحًا: عَدَمُ رُجُوعِ الْمُوجِبِ، وَعَدَمُ وَفَاتِهِ قَبْل الْقَبُول، وَعَدَمُ هَلاَكِ الْمَعْقُودِ عَلَيْهِ.

Dan disyaratkan agar ijab tetap dalam keadaan baik : tidak wafat sebelum qobul (yang membuatnya terhenti) Dan tidak merusak apa yang diakadkan

وَيُشْتَرَطُ أَلاَّ يَطْرَأَ قَبْل الْقَبُول تَغْيِيرٌ عَلَى الْمَعْقُودِ عَلَيْهِ بِحَيْثُ يَصِيرُ مُسَمًّى آخَرَ غَيْرَ الْمُتَعَاقَدِ عَلَيْهِ، كَتَحَوُّل الْعَصِيرِ خَلًّا

Disyaratkan bahwa sebelum qobul (penerimaan) tidak boleh ada perubahan pada apa yang dikontrakkan sehingga menjadi nama lain yang berbeda dari apa yang diakadkan , seperti jus menjadi cuka

لا خِلاَفَ فِيمَا إِذَا كَانَ الإِْيجَابُ وَالْقَبُول بِصِيغَةِ الْمَاضِي مِثْل: بِعْتُ، أَوِ اشْتَرَيْتُ. أَوِ الْمُضَارِعِ الْمُرَادِ بِهِ الْحَال بِقَرِينَةٍ لَفْظِيَّةٍ مِثْل: أَبِيعُكَ الآْنَ أَوْ قَرِينَةٍ حَالِيَّةٍ. كَمَا إِذَا جَرَى الْعُرْفُ عَلَى اسْتِعْمَال الْمُضَارِعِ بِمَعْنَى الْحَال.

Tidak ada perbedaan (diantara fuqaha) didalamnya, jika ijab qobul dengan shigot (pernyataan) kata kerja lampau, contoh : aku menjual ataw aku membeli
Ataw dengan pernyataan kata kerja yang akan datang (mudhari’) dengan maksud dengan adanya qorinah contoh : aku menjual kepadamu sekarang ataw pendekatan keadaan, sebagaimana kebiasaan untuk menggunakan kalimat mudhari’ dengan makna kasusnya.

وَلاَ يَنْعَقِدُ الْبَيْعُ إِذَا كَانَ الإِْيجَابُ أَوِ الْقَبُول بِصِيغَةِ الاِسْتِفْهَامِ، مِثْل: أَتْبِيعُنِي؟ أَوِ الْمُضَارِعِ الْمُرَادِ بِهِ الاِسْتِقْبَال، مِثْل: سَأَبِيعُكَ، أَوْ أَبِيعُكَ غَدًا.

Akad tidak terjadi jika ijab qobul dengan menggunakan kata tanya. Contoh : apakah kamu menjual kepadaku?
Ataw dengan pernyataan yang akan datang dengan tujuan penerimaan
Contoh : aku akan membeli (barang) kamu, ataw aku membeli (barang) kamu besok

أَمَّا الأَْمْرُ مِثْل: بِعْنِي، فَإِذَا أَجَابَهُ الآْخَرُ بِقَوْلِهِ: بِعْتُكَ. كَانَ هَذَا اللَّفْظُ الثَّانِي إِيجَابًا، وَاحْتَاجَ إِلَى قَبُولٍ مِنَ الأَْوَّل
وَهَذَا عِنْدَ الْحَنَفِيَّةِ، وَفِي رِوَايَةٍ عِنْدَ الْحَنَابِلَةِ، وَمُقَابِل الأَْظْهَرِ عِنْدَ الشَّافِعِيَّةِ (1) .

Adapun dengan kalimat perintah, contoh : jual lah kepadaku, maka jika Kemudian yang lain menjawab dengan mengatakan: Saya menjual kepada Anda, lafadz kedua ini adalah ijab (pernyataan) maka membutuhkan qobul (penerimaan) dari pernyataan yang pertama. Dan ini Ini menurut madzhab Hanafi, dan menurut sebuah riwayat dari Hanbali, dan menurut pendapat yang berlawanan dengan pendapat yang jelas dari Syafi’i.

Rujukan :
1) شرح المجلة للأتاسي 2 / 32، والاختيار 2 / 4، ومغني المحتاج 2 / 5، والمغني 3 / 561.

أَمَّا عِنْدَ الْمَالِكِيَّةِ، وَهُوَ الأَْظْهَرُ عِنْدَ الشَّافِعِيَّةِ، وَإِحْدَى الرِّوَايَتَيْنِ عِنْدَ الْحَنَابِلَةِ: يَنْعَقِدُ الْبَيْعُ بِقَوْل الْمُشْتَرِي: بِعْنِي، وَبِقَوْل الْبَائِعِ: بِعْتُكَ، لِلدَّلاَلَةِ عَلَى الرِّضَا، وَلاَ يَحْتَاجُ إِلَى قَبُولٍ مِنَ الأَْوَّل (2) .

Adapun menurut malikiyah dan pendapat yang jelas dari syafiiyah, dan salah satu dari dua riwayat madzhab hambali transaksi terjadi dengan perkataan pembeli: jual lah kepadamu, dan dengan perkataan penjual: Saya menjual kepada Anda, ini menandakan adanya kepuasan (saling ridho) Dan tidak perlu adanya penerimaan (qobul) lagi dari yang pertama

Rujukan :
2) منح الجليل 2 / 462، ومغني المحتاج 2 / 5، وشرح منتهى الإرادات 2 / 140، والمغني 3 / 561.

وَصَرَّحَ الْحَنَفِيَّةُ بِصِحَّةِ الإِْيجَابِ بِلَفْظِ الأَْمْرِ أَوِ الْمُضَارِعِ، إِذَا كَانَ فِي الْعِبَارَةِ إِيجَابٌ أَوْ قَبُولٌ ضِمْنِيٌّ، مِثْل: خُذْ هَذِهِ السِّلْعَةَ بِكَذَا، فَقَال: أَخَذْتُهَا؛ لأَِنَّ (خُذْ) تَتَضَمَّنُ بِعْتُكَ فَخُذْ، وَكَذَلِكَ قَوْل الْبَائِعِ بَعْدَ إِيجَابِ الْمُشْتَرِي: يُبَارِكُ اللَّهُ لَكَ فِي السِّلْعَةِ، لأَِنَّهُ يَتَضَمَّنُ مَعْنَى قَبِلْتُ الْبَيْعَ. وَمِثْل ذَلِكَ عِنْدَ الْمَالِكِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ. وَنَحْوُ هَذَا لِلشَّافِعِيَّةِ فِي مِثْل: أَعْتِقْ عَبْدَكَ عَنِّي بِكَذَا، لأَِنَّهُ تَضَمَّنَ: بِعْنِيهِ وَأَعْتِقْهُ عَنِّي (1)

Hanafiyah menyatakan sah pernyataan (ijab) dengan lafaz kata perintah ataw kata kerja yang akan datang jika dalam ungkapan ijab dan kobul terkandung didalamnya, contoh : ambilah barang ini dengan (harga) sekian , dan (pembeli) menjawab : aku mengambilnya

Karna kata (mengambil) mengandung makna “aku jual kepadamu, maka ambilah”

Yang demikian perkataan penjual setelah pernyataan (ijab) pembeli “semoga Allah memberkahimu dengan barang ini, karena sesungguhnya itu mengandung makna aku menerima transaksi ini.
Dan contoh yang demikian juga sama menurut malikiyah, hanabilah Dan semisal dari syafiiyah ” Bebaskan hambamu dengan harga sekian dariku” Karena mengandung makna yang sama ” Aku membeli dia dan membebaskan dia”

Rujukan :
(1) شرح المجلة 2 / 34، والدسوقي 3 / 3، وقليوبي 2 / 153، وشرح منتهى الإرادات 2 / 140.

وَتَدُل عِبَارَاتُ الْفُقَهَاءِ عَلَى أَنَّ الْعِبْرَةَ بِالدَّلاَلَةِ عَلَى الْمَقْصُودِ، سَوَاءٌ أَكَانَ ذَلِكَ بِوَضْعِ اللُّغَةِ أَمْ بِجَرَيَانِ الْعُرْفِ، قَال الدُّسُوقِيُّ: يَنْعَقِدُ الْبَيْعُ بِمَا يَدُل عَلَى الرِّضَا عُرْفًا، سَوَاءٌ دَل لُغَةً أَوْ لاَ، مِنْ قَوْلٍ أَوْ كِتَابَةٍ أَوْ إِشَارَةٍ مِنْهُمَا أَوْ مِنْ أَحَدِهِمَا.

Ungkapan-ungkapan para fuqaha menunjukkan bahwa ungkapan itu menunjukan kepada makna yang dimaksud, baik itu penempatan kata secara bahasa maupun kebiasan (adat)

Ad-dusuqi berkata : jual beli itu terjadi dengan menunjukan keridhoan menurut kebiasaan, baik itu menunjukan secara bahasa maupun tidak, baik itu dengan ucapan, tulisan, maupun isyarat diantara keduanya ataw hanya salah satunya (saja)

Al-mausuah al-fiqhiyah al-kuwaitiyah

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai