Khamr
ذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ إِلَى أَنَّ الْخَمْرَ نَجِسَةٌ
كَالْبَوْل وَالدَّمِ، لِثُبُوتِ حُرْمَتِهَا وَتَسْمِيَتِهَا رِجْسًا
Jumhur fuqaha berpendapat bahwa khamr itu najis, sama seperti air kencing dan darah karena ketetapan keharamannya dan menyebutnya dengan rijs (najis)
وَذَهَبَ بَعْضُ الْفُقَهَاءِ مِنْهُمْ رَبِيعَةُ شَيْخُ مَالِكٍ وَالصَّنْعَانِيُّ وَالشَّوْكَانِيُّ إِلَى طَهَارَتِهَا تَمَسُّكًا بِالأَْصْل، وَحَمَلُوا الرِّجْسَ فِي الآْيَةِ عَلَى الْقَذَارَةِ الْحُكْمِيَّةِ
Dan sebagian fuqaha diantaranya Rabiah Syaikh Malik, ash-shan’ani, asy-syaukani berpendapat khamr itu suci dalam kondisi asalnya, adapun dikatakan membawa “rijs” dalam Al Qur’an maksudnya adalah atas kenajisan (kotoran) hukmiyah
Refrensi Al-mausuah al-fiqhiyah alkuwaitiyah