Murtad menyebabkan hadats?

الرِّدَّةُ – وَهِيَ الإِْتْيَانُ بِمَا يُخْرِجُ مِنَ الإِْسْلاَمِ بَعْدَ تَقَرُّرِهِ – حَدَثٌ حُكْمِيٌّ تَنْقُضُ الْوُضُوءَ عِنْدَ الْحَنَابِلَةِ وَهُوَ الْمَشْهُورُ عِنْدَ الْمَالِكِيَّةِ، فَالْمُرْتَدُّ إِذَا عَادَ إِلَى الإِْسْلاَمِ وَرَجَعَ إِلَى دِينِ الْحَقِّ فَلَيْسَ لَهُ الصَّلاَةُ حَتَّى يَتَوَضَّأَ وَإِنْ كَانَ مُتَوَضِّئًا قَبْل رِدَّتِهِ وَلَمْ يُنْقَضْ وُضُوءُهُ بِأَسْبَابٍ أُخْرَى. لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ (2) } وَالطَّهَارَةُ عَمَلٌ.

Kemurtadan adalah suatu yang muncul sebab keluar dari islam setelah ditentukan keputusan penghakiman nya , ini adalah Suatu peristiwa hukum yang membatalkan wudhu menurut Hanabilah dan pendapat msyhur di kalangan Maliki. Maka orang murtad jika ia kembali kepada islam dan kembali pada agama yang benar maka tidak berlaku shalatnya sampai ia berwudhu, jika seseorang berwudhu sebelum murtad maka tidak batal wudhunya karena alasan lain.

Berdasarkan firman Allah Ta’ala ” Dan sungguh telah diwahyukan kepada mu dan kepada orang-orang sebelum kamu Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu”
Dan thaharah itu adalah amal


وَنُقِل عَنْ ابْنِ الْقَاسِمِ مِنَ الْمَالِكِيَّةِ اسْتِحْبَابُ الْوُضُوءِ فِي هَذِهِ الْحَالَةِ.

Dan dinukil dari Ibnu qosim dari kalangan malikiyah lebih disukai berwudhu dalam hal ini


وَلَمْ يَعُدَّ الْحَنَفِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ الرِّدَّةَ مِنْ أَسْبَابِ الْحَدَثِ فَلاَ يُنْقَضُ الْوُضُوءُ بِهَا عِنْدَهُمْ لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآْخِرَةِ (1) } فَشَرَطَ الْمَوْتَ بَعْدَ الرِّدَّةِ لِحُبُوطِ الْعَمَل – كَمَا قَال ابْنُ قُدَامَةَ

Hanafiyah dan Syafiiyah tidak menganggap murtad sebagai penyebab hadats, maka tidak batal wudhu karenanya menurut mereka, berdasarkan firman Allah ta’alaa ” Barang siapa diantara kalian yang murtad dari agamanya kemudian ia mati dan ia dalam kondisi kafir, maka sia-sia (terhapus) lah amal mereka di dunia dan diakhir”
Dan disyaratkan kematian setelah murtad untuk menghapuskan amal sebagaimana yang dikatakan Ibnu qudamah

Al-mausuah al-fiqhiyah al-kuwaitiyah

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Ayo mulai